Ada beberapa versi yang menyebutkan apa-apa saja nilai-nilai kristiani. Tapi saya lebih menyukai versi yang ada di dalam Buku Suluh Siswa 2 yang bertemakan "Berbuah dalam Kristus". Buku yang diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia ini menyebutkan 7 nilai-nilai kristiani, yaitu:
- Takut akan Tuhan
- Tidak khawatir
- Tanpa pamrih
- Monogami
- Rela berkorban
- Setia
- Mengasihi musuh
Sebagai manusia biasa sudah semestinya kita takut kepada Tuhan yang adalah sumber kehidupan dan pemilik segalanya. Oleh karena itu, kita takut kepadaNya karena takut dihukum atau semacamnya. Namun jangan sekedar takut karena ada ancaman hukuman saja, melainkan disertai ketaatan melakukan segala kehendakNya. Seperti tertulis dalam Mazmur 112:1, Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.
Yang kedua, tidak khawatir.
Sering kali manusia yang khawatir tentang masa depannya mencari-cari kepastian hidup melalui horoskop, palmistry (ahli baca garis tangan), kwamia (peramal nasib), ramalan kartu, fengshui, dan sebagainya. Tanpa sadar manusia menjadi lebih bergantung kepada berhala daripada Tuhan sendiri. Padahal jelas-jelas dalam Matius 6:25-34 tentang hal kekuatiran, janji Allah kepada semua anak-Nya dalam
zaman ini yang penuh kesulitan dan ketidakpastian, ialah menyediakan makanan, pakaian, dan segala keperluan pokok lainnya. Kita tidak
perlu khawatir apabila kita membiarkan Allah memerintah dalam kehidupan
kita, yakin bahwa Ia akan mengambil tanggung
jawab penuh atas semua orang yang berserah sepenuhnya kepada-Nya.
Tuhan Yesus tidak bermaksud bahwa mengadakan persiapan untuk kebutuhan
fisik di masa depan adalah salah. Yang
dilarang oleh Tuhan Yesus adalah kekuatiran atau kecemasan yang menunjukkan bahwa
kita kurang percaya akan pemeliharaan dan kasih Allah sebagai Bapa kita.
Yang ketiga, tanpa pamrih.
Menolong orang dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan imbalan, layaknya hamba yang melayani tuannya. Hamba menurut KBBI berarti abdi atau budak belian. Perumpamaan tuan dan hamba ada dalam Lukas 17:7-10, seorang budak melayani atau mengabdi, tetapi bukan untuk mencari keuntungan pribadi, tanpa iming-iming pamrih, bukan untuk kepentingan sendiri. Jadi dalam melayani atau menolong orang lain, Tuhan ingin kita menggunakan perumpamaan tersebut, kita sebagai seorang hamba yang menolong orang lain sebagai wujud pengabdian kita kepada Tuhan yang adalah 'Tuan' kita. Jangan melayani Dia karena ingin diberkati, ingin disembuhkan, ingin sukses, ingin naik jabatan, dll. Tapi kita melayani karena Tuhan perintahkan kita untuk melayani.
Menolong orang dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan imbalan, layaknya hamba yang melayani tuannya. Hamba menurut KBBI berarti abdi atau budak belian. Perumpamaan tuan dan hamba ada dalam Lukas 17:7-10, seorang budak melayani atau mengabdi, tetapi bukan untuk mencari keuntungan pribadi, tanpa iming-iming pamrih, bukan untuk kepentingan sendiri. Jadi dalam melayani atau menolong orang lain, Tuhan ingin kita menggunakan perumpamaan tersebut, kita sebagai seorang hamba yang menolong orang lain sebagai wujud pengabdian kita kepada Tuhan yang adalah 'Tuan' kita. Jangan melayani Dia karena ingin diberkati, ingin disembuhkan, ingin sukses, ingin naik jabatan, dll. Tapi kita melayani karena Tuhan perintahkan kita untuk melayani.
Yang keempat, monogami.
Apa dasarnya keluarga Kristen harus memiliki 1 pasangan saja dalam kehidupan pernikahan? Dasarnya ada dalam perikop Matius 19:1-12. Kehendak Tuhan bagi pernikahan adalah satu pasangan, satu pernikahan
untuk seumur hidup.
Yang kelima, rela berkorban.
Rela berkorban berarti memberikan diri untuk kepentingan orang lain. Bahkan dalam Yohanes 15:12-13, Tuhan memerintahkan kita untuk memberikan nyawa kita sendiri demi menolong orang lain. Sanggupkah kamu menolong orang lain hingga mengorbankan nyawamu sendiri? Harus sanggup, karena Tuhan Yesus sudah lebih dulu mengorbankan nyawaNya di kayu salib demi menghapus dosa umat manusia.
Yang keenam, setia.
Setia berarti mengerjakan sesuatu dengan tekun dari awal sampai akhir. Dalam Matius 25:14-30, Alkitab mengajarkan kesetiaan melalui perumpamaan tentang talenta. Perumpamaan tentang talenta mengingatkan kita bahwa tempat dan
pelayanan kita di sorga akan ditentukan oleh kesetiaan dalam kehidupan dan
pelayanan kita di bumi. Talenta melambangkan semua
kemampuan, waktu, sumber daya, dan kesempatan untuk melayani Tuhan ketika
kita masih di bumi ini. Hal-hal ini dianggap oleh Tuhan sebagai sesuatu yang
dipercayakan kepada kita dan kita bertanggung jawab untuk mengelolanya
dengan sebijaksana mungkin. Kesetiaan Abraham dalam melayani Tuhan dapat menjadi contoh bagi kita. Abraham sepanjang hidupnya mengikuti Tuhan, bahkan rela mengorbankan anaknya sebagai korban persembahan. Sekalipun ia dan istrinya belum memiliki anak, ia juga tidak pernah meninggalkan Tuhan.
Yang ketujuh, mengasihi musuh.
Mungkin ini yang paling sulit. Bagaimana bisa tetap mengasihi musuh atau orang yang kita benci? Matius 5:39-48 menjadi dasar mengapa kita tetap harus mengasihi musuh. Cara yang Tuhan ajarkan untuk mengasihi musuh yaitu tidak membalas, tidak menghakimi, mengampuni, menegur dengan kasih, mengasihi dengan tulus, dan mendoakannya. Tuhan Yesus tidak menentang pelaksanaan keadilan yang semestinya atas
mereka yang melakukan kejahatan seperti dalam Roma 13:1-4. Tapi bila kita diperlakukan
secara tidak adil, kita jangan membenci, melainkan harus menunjukkan reaksi
yang memperlihatkan bahwa kita memiliki pendirian yang berpusat pada
Kristus. Jangan marah, karena marah hanya membawa kepada kejahatan (Mazmur 37:4,5,7,8). Tindakan kita terhadap mereka yang bersikap tidak
baik kepada kita haruslah demikian sehingga akan menyebabkan mereka
menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka.
..........................................................................................................................................................
Sudahkah kamu menganut nilai-nilai kristiani tersebut dalam hidupmu?
Mengasihi musuh itu berat sih, tapi... harus dilakukan!